Senin, 11 Juni 2012

Makalah "Dampak Televisi dan Radio Siaran Terhadap Pola Hidup Keluarga"


DAMPAK RADIO DAN TELEVISI SIARAN TERHADAP
 POLA HIDUP KELUARGA
Tugas ini Diajukkan untuk Memenuhi  Nilai Ujian Akhir Semester
Pada Mata Kuliah Perkembangan Teknologi dan Komunikasi

Disusun oleh:
 Dilla Fadillah 
1209406009        
Humas A / VI



JURUSAN HUMAS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
 BANDUNG
2012


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Televisi dan radio siaran
2.2 Pengertian Radio
2.3 Pengaruh Televisi dan radio siaran dan Radio terhadap Pola Hidup Keluarga
2.4 Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak
BAB III KESIMPULAN

















KATA  PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Ilahi Rabbi Allah SWT , atas Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kedua saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Perkembangan Teknologi dan Komunikasi  yang telah memberikan ilmu,bimbingan dan arahan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:Dampak Radio dan Televisi dan radio siaran Terhadap Pola Hidup Keluarga”  Dengan selesainya makalah ini semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Serta dapat mengambil nilai-nilai positif di dalam nya .
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena saya masih dalam tahap pembelajaran , oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari rekan pembaca maupun dari dosen mata kuliah ini sehingga saya bisa mengambil pelajaran dan membuat makalah dengan baik dikesempatan selanjutnya.


 BAB I
PENDAHULUAN
Media massa memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kehidupan manusia di muka bumi ini. Media massa secara tidak langsung mampu menjadi alat kontrol sosial yang  ampuh dalam membentuk dan menguasai opini publik . dewasa ini, semakin banyak media massa yang berkembang dan peranan nya menjadi teramat penting dalam kehidupan bermasyarakat .
Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi massa dewasa ini bahkan ketergantungan manusia pada media massa sudah sedemikian besar. Media komunikasi massa abad ini yang tengah digandrungi masyarakat adalah televisi dan radio siaran. Joseph Straubhaar & Robert La Rose dalam bukunya Media Now, menyatakan; the Avarege Person spend 2600 Hours per years watcing TV or listening to radio. That,s 325 eight-hourdays, a full time job. We spend another 900 hours with other media, including, newpaper, books, magazines, music, film, home video, video games and the internet, that about hours of media use – more time than we spend on anything else, including working or sleeping (straubhaar & La Rose, 2004 : 3)
Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, media massa yang paling di gandrungi oleh masyarakat di dunia adalah Televisi dan radio siaran dan Radio. Dimana pada era globalisasi sekarang ini televisi dan radio siaran dan radio sangat menunjukan eksistensi nya di berbagai pelosok dunia . tentunya keberadaan televisi dan radio siaran dan radio ini memiliki dampak pada kehidupan sosial masyarakat, khususnya pada pola hidup keluarga.  Dalam makalah yang berjudul  “Dampak Radio dan Televisi dan radio siaran Terhadap Pola Hidup Keluarga” ini akan memaparkan bagaimana radio dan televisi dan radio siaran siaran mengubah pola hidup keluarga dan sejauh manakah radio dan televisi dan radio siaran siaran ini mampu merubah pola hidup keluarga.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Televisi dan radio siaran
Teknologi merupakan alat untuk mempermudah suatu kegiatan. Yang terlintas dipikiran kita teknologi informasi itu adalah antara lain komputer, televisi dan radio siaran, radio, handphone dan lain-lain.
Televisi dan radio siaran ditemukan oleh John Logie Baird asal Skotlandia. John pertama kali mendemokan televisi dan radio siaran untuk publik soho, London tahun 1926.  Televisi dan radio siaran berasal dari kata tele dan vision. Tele yang artinya jauh dan Vision yang artinya tampak. Jadi televisi dan radio siaran berarti tampak dari jarak jauh. Definisi Televisi dan radio siaran merupakan suatu alat  penyampaian informasi.
Tidak hanya buku yang bisa kita ambil pelajaran, televisi dan radio siaran pun bisa. Kita dapat belajar dari televisi dan radio siaran dengan program-program televisi dan radio siaran yang positif. Misalnya saja, program pendidikan, hiburan, berita, olahraga, kuliner, agama dan masih banyak yang lainnya.Disisi lain televisi dan radio siaran juga menyuguhkan program yang memuat unsur negatif, seperti sinetron mistik, film yang berbau pornografi, infotainment yang berisi gosip, berita yang mengandung kekerasan atau anarkis.
Maka dari itu kita harus pandai dalam memanfaatkan teknologi. Apabila kita salah menggunakannya maka akan berdampak buruk, seperti orang-orang yang kecanduan menonton sinetron mistik yang dapat mengakibatkan prilaku musyrik. Akan tetapi dalam era informasi sekarang ini kehadiran televisi dan radio siaran sangatlah berperan dalam memberikan informasi yang cepat dan tepat bagi para pemirsanya. Bahkan televisi dan radio siaran dapat membangun sebuah opini ditengah tengah masyarakat.
          Perkembangan televisi dan radio siaran dari tahun ketahun berkembang gangat pesat. Dilihat dari bentuknya saja sudah berbeda, kulalitas maupun kuantitasnya juga.
TELEVISI DAN RADIO SIARANON / TELEVISI DAN RADIO SIARAN.
1. Alat penangkap siaran bergambar.
2. Penyiaran video secara broadcast.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani tele (jauh) dan vision (melihat). Jadi, secara harfiah berarti ‘melihat jauh’, karena pemirsa berada jauh dari studio TV. Pemirsa bisa menikmati kombinasi antara gambar hidup (bergerak) dan suara seperti berhadapan langsung dengan objek yang ditayangkan. Meskipun televisi dan radio siaran berbeda dengan film, namun dalam hal gambar, film dan televisi dan radio siaran merupakan satu keluarga yaitu moving picture (gambar bergerak). Artinya, saat pemirsa menikmati acara televisi dan radio siaran, sesungguhnya yang tampak adalah gerakan-gerakan gambar yang terangkai dalam satu pengertian sebagaimana halnya suatu proses komunikasi. Dengan demikian, karakter televisi dan radio siaran yang paling utama ialah bahwa medium komunikasi massa ini mengutamakan bahasa gambar.
Televisi dan radio siaran tidak ditemukan sebagai sebuah produk jadi oleh seseorang, melainkan melibatkan banyak ahli selama bertahun-tahun. Namun, cikal-bakal penemuan ini bermula pada hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Penemuan televisi dan radio siaran berdampak hebat bagi percepatan perubahan peradaban dunia. Adapun standar penyiaran yang digunakan di seluruh dunia adalah NTSC, PAL dan SECAM.
SEKILAS SEJARAH TELEVISI DAN RADIO SIARAN DI INDONESIA. TVRI (Televisi dan radio siaran Republik Indonesia) mulai mengudara pada 23 Agustus 1962, tepat pada saat Asian Games IV dihelat. TVRI terus mengudara sebagai stasiun televisi dan radio siaran tunggal di Indonesia hingga munculnya RCTI (Rajawali Citra Televisi dan radio siaran Indonesia) yang mulai bersiaran pada 22 Februari 1988 secara terbatas di wilayah Jakarta dan sekitarnya (Siaran Saluran Terbatas / SST). Siaran secara nasional dilakukan pada tanggal 24 Juli 1990 setelah keluar keputusan menteri penerangan yang isinya antara lain membuka kesempatan pihak swasta untuk melaksanakan siaran televisi dan radio siaran di Indonesia. Pada tanggal 1 Agustus 1990, lahir SCTV (Surya Citra Televisi dan radio siaran) di Surabaya. Perkembangan selanjutnya, penerima tayangan TV swasta tidak lagi membutuhkan dekoder. Lalu, sejak tanggal 30 Januari 1993, SCTV diperbolehkan siaran secara nasional, namun harus berkedudukan di Ibukota/Jakarta. Berikutnya, muncullah TPI (Televisi dan radio siaran Pendidikan Indonesia, ANTV (Andalas Televisi dan radio siaran), IVM (Indosiar Visual Mandiri), Metro TV, Trans TV, Lativi (kemudian berubah menjadi TV-One), Global TV, dan Trans Tujuh.
TELEVISI DAN RADIO SIARAN BERLANGGANAN / PAY TV. Jasa penyiaran televisi dan radio siaran yang dilakukan khusus untuk pemirsa yang bersedia membayar (berlangganan) secara berkala. Jasa ini biasanya disediakan dengan menggunakan kabel digital/analog dan satelit.
TELEVISI DAN RADIO SIARAN DIGITAL. Jenis televisi dan radio siaran yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi dan radio siaran. Sistem penyiaran TV digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 1990-an dan diujicoba pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini, umumnya dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi. Secara teknik, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi dan radio siaran analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi dan radio siaran digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan digital adalah 1 : 6. Artinya, apabila pada teknologi analog memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital, dengan lebar pita frekuensi yang sama dan dengan teknik multiplek, dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak enam hingga delapan kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda
2.2 Pengertian Radio Siaran
Radio adalah sesuatu yang menghasilkan bunyi atau suara, karenadipancarkan oleh gelombang atau frekuensi melalui udara (air wave).Menurut H. A. Widjaja radio adalah “keseluruhan sistem gelombangsuara yang dipancarkan dari stasiun pemancar dan diterima olehpesawat penerima di rumah, mobil, dll dan dilepas di mana saja”.Radio adalah alat komunikasi massa, dalam arti saluran peryataanmanusia yang umum atau terbuka dan menyalurkan lambang yangberbunyi, berupa program-program yang teratur, yang isinya aktualdan meliputi segi perwujudan kehidupan masyarakat.Radio dalam pengertian radio siaran atau lembaga penyiarannyaradio adalah sebuah institusi atau perusahaan yang bergerak di bidangmedia penyiaran. D a l a m p e n ge r t i a n l a i n r a d i o s i a r a n a d a l a h m e di a k o m u n i k a s i y a n g m e m i l i k i e f e k t i f i t a s t i n g g i d a l a m m e n y a m p a i k a n p e s a n , m e s k i d i s i s i l a in juga memiliki kelemahan.
Media massa dapat dibedakan kedalam media elektronik seperti : Radio, TV, Film dan media cetak seperti : Surat kabar, Majalah, Pamflet, Buku dan lain-lain.
Radio sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan. Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977 , Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media. (Effendy, 1983:187)
Ciri khas berita radio selain menyajikan uraian fakta dan pendapat yang disampaikan reporter, juga terselip pendapat yang diucapkan sendiri oleh narasumber. Dengan demikian, reporter radio dan penyusun naskah berita radio dituntut memiliki keterampilan di dalam mengkombinasikan uraian fakta, uraian pendapat, dan pendapat narasumber yang berhasil direkam. Pendapat narasumber ini tidak perlu seluruhnya dimasukkan, tetapi dipilih secara tepat, khususnya yang ada relevansi dengan alur topik bahasan.
Media massa dapat dibedakan kedalam media elektronik seperti : Radio, TV, Film dan media cetak seperti : Surat kabar, Majalah, Pamflet, Buku dan lain-lain. Radio sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu, ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan.
Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977 , Radio Siaran adalah pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media. (Effendy, 1983:187). Ciri khas berita radio selain menyajikan uraian fakta dan pendapat yang disampaikan reporter, juga terselip pendapat yang diucapkan sendiri oleh narasumber. Dengan demikian, reporter radio dan penyusun naskah berita radio dituntut memiliki keterampilan di dalam mengkombinasikan uraian fakta, uraian pendapat, dan pendapat narasumber yang berhasil direkam. Pendapat narasumber ini tidak perlu seluruhnya dimasukkan, tetapi dipilih secara tepat, khususnya yang ada relevansi dengan alur topik bahasan.
2.3 Pengaruh Televisi dan radio siaran dan Radio Siaran  Terhadap Pola Hidup Keluarga
Sebuah jajak pendapat di US News dan World Report melaporkan bahwa 90 persen responden merasa kalau saat ini, bangsa Amerika telah tergelincir ke dalam kejatuhan yang amat parah. Dari jajak pendapat tersebut ditemukan bahwa 62 persen merasa TV tidak lagi bersahabat dengan nilai-nilai moral dan spiritual mereka. Walaupun demikian, terjadi dikotomi di mana TV tetap banyak dan menarik ditonton oleh mereka.
Memang, kita juga tidak bisa menyangkali bahwa tidaklah semua acara di TV buruk adanya. Masih terdapat sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dari menonton TV. Meskipun demikian, sebagaimana yang dikemukakan oleh penulis buku terlaris dunia;
Stephen R Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective Families (1999) bahwa kebanyakan keluarga akan mengalami kesulitan ketika harus memilah dan memilih siaran TV yang cocok, khususnya bagi keluarga yang memiliki anak-anak dan remaja. Memilih acara TV yang cocok, sama halnya dengan memilih salad yang bercampur-aduk dari tumpukan sampah. Mungkin ada sedikit salad yang enak di sana, tetapi cukup sulit memisahkan sampahnya, kotorannya dan lalat-lalatnya.
Lebih lanjut, Covey mengingatkan bahwa membiarkan anak-anak menonton TV tanpa pengawasan dari orang tua, sama halnya dengan mengundang seorang asing ke dalam rumah Anda selama beberapa jam setiap hari. Orang asing tersebut, memberitahukan kepada anak-anak Anda tentang segala hal mengenai dunia yang jahat; tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah secara pintas, tentang pesta, seks dan kecantikan serta kemewahan sebagai segala-galanya.
Kesemuanya itu terjadi, di mana para orangtua banyak tidak menyadari bahwa karakter anak-anak mereka telah dipercayakannya untuk dibentuk oleh siaran TV. Guru tak diundang tersebut, yang setiap hari datang menjenguk sang anak, telah dengan begitu leluasanya membentuk karakter sang anak secara tidak terduga. Prof Dr Sarlito W Sarwono, psikolog yang akhir-akhir ini banyak mencurahkan perhatiannya tentang dampak TV terhadap anak-anak, begitu sangat terkejut melihat sebuah hasil penelitian yang merilis bahwa anak-anak Indonesia menghabiskan waktunya menonton TV rata-rata enam jam sehari (sementara batas toleransi adalah maksimal dua jam sehari untuk usia anak sekitar 3 hingga 7 tahun). Hal itu terjadi, karena perubahan gaya dan pola hidup keluarga Indonesia, khususnya di perkotaan. Mereka terlalu sibuk sehingga anak diserahkan kepada pembantu, yang celakanya, pembantu banyak menghabiskan waktunya menonton TV.
Akibat menonton TV berlebihan secara tidak selektif tersebut, sebagaimana dirilis oleh sejumlah penelitian, maka anak-anak akan sulit berkonsentrasi dalam belajar, daya ingat/hafalan melemah, temperamental, cenderung tidak patuh pada orangtua, dan bisa bersikap anti sosial. Mengembalikan Fungsi Sosial Televisi dan radio siaran . Ahli komunikasi massa Harold D Lasswell dan Charles Wright (1954) menyatakan bahwa ada empat fungsi sosial media massa, yaitu pertama, sebagai social surveilance. Pada fungsi ini, media massa termasuk media televisi dan radio siaran, akan senantiasa merujuk pada upaya penyebaran informasi dan interpretasi seobjektif mungkin mengenai peristiwa yang terjadi, dengan maksud agar dapat dilakukan kontrol sosial sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan masyarakat bersangkutan. Kedua, sebagai social correlation. Dengan fungsi korelasi sosial tersebut, akan terjadi upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Begitupun antara pandangan-pandangan yang berbeda, agar tercapai konsensus sosial.
Ketiga, fungsi socialization. Pada fungsi ini, media massa selalu merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke generasi selanjutnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Keempat, fungsi entertainment. Agar tidak membosankan, sudah tentu media massa perlu juga menyajikan hiburan kepada khalayaknya. Hanya saja, fungsi hiburan ini sudah terlalu dominan mewarnai siaran televisi dan radio siaran kita, sehingga ketiga fungsi lainnya, seolah telah terlupakan.
kita sering menonton televisi dan radio siaran. namun tanpa kita sadari, televisi dan radio siaran dapat membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan kita inilah dampak-dampaknya :
Dampak Positiv Televisi dan radio siaran :
  • Kecepatan dan keakuratan dalam menyajikan berita, melebihi media massa lainnya seperti surat kabar dan radio.
  • Mampu menyuguhkan beragam tayangan hiburan, yang dapat menghilangkan stress karena banyaknya masalah kehidupan.
  • dapat menambah wawasan.
Dampak Negatif Televisi dan radio siaran
·         Dapat merusak mental sekaligus pola pikir anak-anak tanpa pandang bulu.
·         Mengajarkan budaya komersil atau konsumerisme dalam diri anak-anak.
·         Memberi dampak yang negatif untuk kesehatan badan.
·         Menayangkan keimanan semu
·         Televisi juga menghadirkan dunia yang aneh ( maya ).
2.4  Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak
Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audio-visual, tidak membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Dalam budaya masyarakat kita saat ini, belum dikatakan lengkap suatu rumah tanpa adanya pesawat televisi didalamnya. Ini membuktikan betapa televisi telah mengalami pergeseran dari yang semula sebagai penyedia informasi kini lebih banyak sebagai media hiburan. Tidak hanya masyarakat perkotaan yang mempunyai tingkat konsumerisme tinggi pada televisi namun masyarakat pedesaan atau pinggiran juga demikian.
Media massa, terutama televisi, merupakan sarana yang sangat efektif untuk mentransfer nilai dan pesan yang dapat mempengaruhi khalayak secara luas. Bahkan televisi dapat membuat orang kecanduan. Interaksi masyarakat, terutama anak-anak terhadap televisi sangat tinggi. Tanpa terbentur dari keluarga kaya atau miskin, korban pertama dari pengaruh televisi adalah anak. Anak di bawah dua tahun (dalam sebuah catatan penelitian sebuah akademi dokter anak di Amerika) yang dibiarkan orangtuanya menonton televisi akan menyerap pengaruh merugikan. Terutama, pada perkembangan otak, emosi, sosial, dan kemampuan kognitif anak. Menonton televisi terlalu dini bisa mengakibatkan proses wiring, proses penyambungan antara sel-sel otak menjadi tidak sempurna. Dari uraian tersebut, terlihat jelas dampak buruk media televisi untuk anak. Apalagi di Indonesia saat ini banyak sekali acara yang tidak mendidik.
Hasil penelitian dari Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA-Kidia) menyebutkan bahwa Kekerasan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sinetron remaja kita. Bentuk kekerasan yang paling banyak ditemui adalah kekerasan psikologis 41% yang diekspresikan secara verbal, diikuti dengan kekerasan fisik 25%. Dari sisi pelaku kekerasan maupun korban kekerasan, tidak terdapat perbedaan yang besar antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan motif terjadinya kekerasan, sebanyak 90% dilakukan secara sengaja / terencana, dan sebagian besar usia pelaku maupun korban adalah remaja. Temuan lain adalah dominasi tema percintaan dalam sinetron remaja yang mencapai sekitar 85%. Ekspresi yang berkaitan dengan seks adalah adegan-adegan di sekitar ‘hubungan seks’ yakni sebanyak 57%. Meski adegan yang tersebut hanya secara eksplisit, namun bisa diasumsikan pada adegan hubungan seks yang sebenarnya.
Salah satu dampak negatif televisi adalah perubahan perilaku, karakter, dan mental penontonnya terutama pada anak. Hal ini dikarenakan acara televisi yang disajikan semuanya hampir sama. Salah satunya sinetron yang banyak menampilkan adegan kekerasan, gaya hidup hedonis, seks, ataupun mistik. Jika masyarakat banyak yang kurang setuju dengan pendapat ini, para owner atau pemilik media akan beralasan jika penayangan acara tersebut merupakan permintaan pasar yang dibuktikan dengan tingginya rating. Dengan sistem rating, program-program unggulan (ini juga tak berkait dengan kualitas, melainkan kuantitas nilai jumlah pemirsa) akan menjadi rebutan para pemasang iklan. Dengan begitu industri kapitalis hanya akan berfikir bagaimana memperoleh keuntungan tanpa memperdulikan dampak yang terjadi pada masyarakat khususnya anak-anak.
Untuk mengantisipasi dan membuat orangtua lebih protect terhadap anak yang menonton siaran televisi ialah melalui Media Literacy atau gerakan Melek Media. Livingstone menyebutkan bahwa gerakan media literacy yaitu sebuah gerakan mendidik publik agar mampu manghadapi menghadapi media massa secara bijak dan cerdas. Bijak, artinya mampu memanfaatkan media massa sesuai dengan keperluannya. Cerdas, artinya mampu memilih dan memilah ragam informasi yang memang diperlukan. Tahu mana yang penting, dan mana yang tidak penting atau bahkan berbahaya bagi dirinya maupun lingkungannya. Konsep ini merujuk pada kemampuan khalayak untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi pesan-pesan melalui media dalam berbagai konteks.
Dalam kondisi masyarakat media seperti sekarang, sangat penting untuk mengkaji acara-acara yang boleh dan tidak untuk ditonton. Salah satu kuncinya adalah ketrampilan media literacy. Ketrampilan ini sebenarnya tidak hanya untuk orang tua namun lebih ditekankan pada anak-anak dan remaja. Karena pada usia tersebut anak-anak atau remaja cenderung untuk menirukan tanpa mem-filter terlebih dahulu apa yang mereka lihat.









BAB III
KESIMPULAN
Kemajuan teknologi selalu berjalan beriringan dengan sejarah manusia dan selama ini teknologi terus berkembang ketingkat-tingkat yang lebih tinggi dan kompleks pada tataran teknik. Selama keberadaannya, teknologi selalu diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia dalam bidang apapun. Dengan hadirnya teknologi ketengah-tengah kehidupan manusia dan dipergunakan secara terus menerus dirasa telah mengubah pandangan manusia tentang teknologi itu sendiri. Teknologi menjelma menjadi budaya. Karena terbiasa menggunakan dan dimanjakan oleh teknologi, nampaknya teknologi tidak lagi dianggap sebagai alat bantu, melainkan ia dipandang sebagai sebuah kebutuhan. Ketergantungan terhadap teknologi pun kemudian terjadi. Semejak itulah kemudian seiring dengan membudayanya teknolgi manusia sedikit demi sedikit berubah menjadi mahkluk yang malas. Kebanyakan manusia mungkin berkata “ngapain harus repot kalau ada teknologi”. Tidak salah memang. Segala sesuatu saya rasa selalu memiliki dua sisi, kelebihan dan kekurangan, keuntungan dan kerugian, dampak positif dan negatif tak terkecuali teknologi. Termasuk Televisi dan radio Siaran Televisi dan radio siaran  yang sepertinya sudah menjadi sarapan bagi banyak keluarga. Televisi dan radio siaran memang penuh dengan informasi tentang segala hal. Selain itu juga teknologi menjalankan fungsi sebagai penghibur.
Televisi dan radio siaran memiliki fungsi informasi dan entertainment. Mungkin ini yang membuat tidak sedikit orang rela seharian penuh duduk di depan televisi dan radio siaran dan menatapinya. Namun apa yang terjadi jika manusia ketergantungan terhadap televisi dan radio siaran? Kita lihat saja bagaiman kekuatan televisi dan radio siaran mampu mempengaruhi pikiran dan tindakan konsumennya melalui siaran-siaran yang sronok atau kartun yang menampilkan kekerasan sekali. Belum lagi pemberitaan-pemberitaan yang mungkin saja berpihak. Artinya pengguna televisi dan radio siaran bisa menjadi orang sangat terpengeruhi oleh televisi dan radio siaran, sikap sifat dan kepribadiannya tergantung pada apa yang dikatakan telavisi. Dalam hal ini konsumen televisi dan radio siaran hendaknya mencari informasi-informasi dari sumber lain selain televisi dan radio siaran. Agar waspada akan kekuatan televisi dan radio siaran tersebut.
 
REFERENSI
di akses Pada tanggal : 10 Juni 2012
diakses pada tanggal : 10 Juni 2012
§   
§  Alvin Toffler, Gelombang Ketiga, PT Pantja Simpati, Jakarta, 1992
§  Joseph Straubhar & Robert La Rose, Media Now, Communication Media in the Information Age, Wadsworth, USA, 2000.



1 komentar: