DAMPAK RADIO DAN TELEVISI SIARAN TERHADAP
POLA HIDUP
KELUARGA
Tugas ini Diajukkan untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester
Pada
Mata Kuliah Perkembangan Teknologi dan Komunikasi
Disusun
oleh:
Dilla Fadillah
1209406009
Humas
A / VI
JURUSAN HUMAS
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN
GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Televisi
dan radio siaran
2.2 Pengertian Radio
2.3 Pengaruh Televisi dan
radio siaran dan Radio terhadap Pola Hidup Keluarga
2.4 Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Anak
BAB III KESIMPULAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Ilahi Rabbi Allah
SWT , atas Rahmat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Kedua saya ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu
Perkembangan Teknologi dan Komunikasi
yang telah memberikan ilmu,bimbingan dan arahan kepada saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul:”Dampak Radio dan Televisi dan
radio siaran Terhadap Pola Hidup Keluarga” Dengan selesainya makalah ini semoga dapat
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi penulis
khususnya. Serta dapat mengambil nilai-nilai positif di dalam nya .
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena saya masih dalam tahap
pembelajaran , oleh karena itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari rekan
pembaca maupun dari dosen mata kuliah ini sehingga saya bisa mengambil
pelajaran dan membuat makalah dengan baik dikesempatan selanjutnya.
BAB
I
PENDAHULUAN
Media
massa memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap kehidupan manusia di
muka bumi ini. Media massa secara tidak langsung mampu menjadi alat kontrol
sosial yang ampuh dalam membentuk dan
menguasai opini publik . dewasa ini, semakin banyak media massa yang berkembang
dan peranan nya menjadi teramat penting dalam kehidupan bermasyarakat .
Media massa telah menjadi fenomena tersendiri dalam
proses komunikasi massa dewasa ini bahkan ketergantungan manusia pada media
massa sudah sedemikian besar. Media komunikasi massa abad ini yang tengah
digandrungi masyarakat adalah televisi dan radio siaran. Joseph Straubhaar
& Robert La Rose dalam bukunya Media Now, menyatakan; the Avarege
Person spend 2600 Hours per years watcing TV or listening to radio.
That,s 325 eight-hourdays, a full time job. We spend another 900 hours with
other media, including, newpaper, books, magazines, music, film, home video,
video games and the internet, that about hours of media use – more time than we
spend on anything else, including working or sleeping (straubhaar & La
Rose, 2004 : 3)
Seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi,
media massa yang paling di gandrungi oleh masyarakat di dunia adalah Televisi
dan radio siaran dan Radio. Dimana pada era globalisasi sekarang ini televisi
dan radio siaran dan radio sangat menunjukan eksistensi nya di berbagai pelosok
dunia . tentunya keberadaan televisi dan radio siaran dan radio ini memiliki
dampak pada kehidupan sosial masyarakat, khususnya pada pola hidup keluarga. Dalam makalah yang berjudul “Dampak Radio dan Televisi dan radio siaran
Terhadap Pola Hidup Keluarga” ini akan memaparkan bagaimana radio dan televisi
dan radio siaran siaran mengubah pola hidup keluarga dan sejauh manakah radio
dan televisi dan radio siaran siaran ini mampu merubah pola hidup keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Televisi dan radio
siaran
Teknologi merupakan alat untuk mempermudah suatu
kegiatan. Yang terlintas dipikiran kita teknologi informasi itu adalah antara
lain komputer, televisi dan radio siaran, radio, handphone dan lain-lain.
Televisi dan radio siaran ditemukan oleh John Logie
Baird asal Skotlandia. John pertama kali mendemokan televisi dan
radio siaran untuk publik soho, London tahun 1926. Televisi dan radio
siaran berasal dari kata tele dan vision. Tele yang artinya jauh dan Vision
yang artinya tampak. Jadi televisi dan radio siaran berarti tampak dari jarak
jauh. Definisi Televisi dan radio siaran merupakan suatu alat penyampaian
informasi.
Tidak hanya buku yang bisa kita
ambil pelajaran, televisi dan radio siaran pun bisa. Kita dapat belajar dari televisi
dan radio siaran dengan program-program televisi dan radio siaran yang positif.
Misalnya saja, program pendidikan, hiburan, berita, olahraga, kuliner, agama
dan masih banyak yang lainnya.Disisi lain televisi dan radio siaran juga
menyuguhkan program yang memuat unsur negatif, seperti sinetron mistik, film
yang berbau pornografi, infotainment yang berisi gosip, berita yang mengandung
kekerasan atau anarkis.
Maka dari itu kita harus pandai
dalam memanfaatkan teknologi. Apabila kita salah menggunakannya maka akan
berdampak buruk, seperti orang-orang yang kecanduan menonton sinetron mistik
yang dapat mengakibatkan prilaku musyrik. Akan tetapi dalam era informasi
sekarang ini kehadiran televisi dan radio siaran sangatlah berperan dalam
memberikan informasi yang cepat dan tepat bagi para pemirsanya. Bahkan televisi
dan radio siaran dapat membangun sebuah opini ditengah tengah masyarakat.
Perkembangan televisi dan radio siaran dari tahun ketahun berkembang gangat
pesat. Dilihat dari bentuknya saja sudah berbeda, kulalitas maupun kuantitasnya
juga.
TELEVISI DAN RADIO SIARANON / TELEVISI DAN RADIO
SIARAN.
1. Alat penangkap siaran bergambar.
2. Penyiaran video secara broadcast.
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani tele (jauh) dan
vision (melihat). Jadi, secara harfiah berarti ‘melihat jauh’, karena pemirsa
berada jauh dari studio TV. Pemirsa bisa menikmati kombinasi antara gambar
hidup (bergerak) dan suara seperti berhadapan langsung dengan objek yang
ditayangkan. Meskipun televisi dan radio siaran berbeda dengan film, namun
dalam hal gambar, film dan televisi dan radio siaran merupakan satu keluarga
yaitu moving picture (gambar bergerak). Artinya, saat pemirsa menikmati acara televisi
dan radio siaran, sesungguhnya yang tampak adalah gerakan-gerakan gambar yang
terangkai dalam satu pengertian sebagaimana halnya suatu proses komunikasi.
Dengan demikian, karakter televisi dan radio siaran yang paling utama ialah
bahwa medium komunikasi massa ini mengutamakan bahasa gambar.
Televisi dan radio siaran tidak ditemukan sebagai
sebuah produk jadi oleh seseorang, melainkan melibatkan banyak ahli selama
bertahun-tahun. Namun, cikal-bakal penemuan ini bermula pada hukum gelombang
elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831)
yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik. Penemuan televisi dan radio
siaran berdampak hebat bagi percepatan perubahan peradaban dunia. Adapun
standar penyiaran yang digunakan di seluruh dunia adalah NTSC, PAL dan SECAM.
SEKILAS SEJARAH TELEVISI DAN RADIO SIARAN DI
INDONESIA. TVRI (Televisi dan radio siaran Republik Indonesia) mulai mengudara
pada 23 Agustus 1962, tepat pada saat Asian Games IV dihelat. TVRI terus
mengudara sebagai stasiun televisi dan radio siaran tunggal di Indonesia hingga
munculnya RCTI (Rajawali Citra Televisi dan radio siaran Indonesia) yang mulai
bersiaran pada 22 Februari 1988 secara terbatas di wilayah Jakarta dan
sekitarnya (Siaran Saluran Terbatas / SST). Siaran secara nasional dilakukan
pada tanggal 24 Juli 1990 setelah keluar keputusan menteri penerangan yang
isinya antara lain membuka kesempatan pihak swasta untuk melaksanakan siaran televisi
dan radio siaran di Indonesia. Pada tanggal 1 Agustus 1990, lahir SCTV (Surya
Citra Televisi dan radio siaran) di Surabaya. Perkembangan selanjutnya,
penerima tayangan TV swasta tidak lagi membutuhkan dekoder. Lalu, sejak tanggal
30 Januari 1993, SCTV diperbolehkan siaran secara nasional, namun harus
berkedudukan di Ibukota/Jakarta. Berikutnya, muncullah TPI (Televisi dan radio
siaran Pendidikan Indonesia, ANTV (Andalas Televisi dan radio siaran), IVM
(Indosiar Visual Mandiri), Metro TV, Trans TV, Lativi (kemudian berubah menjadi
TV-One), Global TV, dan Trans Tujuh.
TELEVISI DAN RADIO SIARAN BERLANGGANAN / PAY TV. Jasa
penyiaran televisi dan radio siaran yang dilakukan khusus untuk pemirsa yang
bersedia membayar (berlangganan) secara berkala. Jasa ini biasanya disediakan
dengan menggunakan kabel digital/analog dan satelit.
TELEVISI DAN RADIO SIARAN DIGITAL. Jenis televisi dan
radio siaran yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk
menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi dan radio siaran.
Sistem penyiaran TV digital adalah penggunaan aplikasi teknologi digital pada
sistem penyiaran TV yang dikembangkan di pertengahan tahun 1990-an dan
diujicoba pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian sistem digital ini, umumnya
dilakukan siaran TV secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi.
Secara teknik, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan untuk televisi dan
radio siaran analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi dan radio siaran
digital. Perbandingan lebar pita frekuensi yang digunakan untuk analog dan
digital adalah 1 : 6. Artinya, apabila pada teknologi analog memerlukan pita
selebar 8 MHz untuk satu kanal transmisi, maka pada teknologi digital, dengan
lebar pita frekuensi yang sama dan dengan teknik multiplek, dapat digunakan
untuk memancarkan sebanyak enam hingga delapan kanal transmisi sekaligus dengan
program yang berbeda
2.2 Pengertian Radio Siaran
Radio adalah sesuatu yang menghasilkan bunyi atau
suara, karenadipancarkan oleh gelombang atau frekuensi melalui udara (air
wave).Menurut H. A. Widjaja radio adalah “keseluruhan sistem gelombangsuara
yang dipancarkan dari stasiun pemancar dan diterima olehpesawat penerima di
rumah, mobil, dll dan dilepas di mana saja”.Radio adalah alat komunikasi massa,
dalam arti saluran peryataanmanusia yang umum atau terbuka dan menyalurkan
lambang yangberbunyi, berupa program-program yang teratur, yang isinya
aktualdan meliputi segi perwujudan kehidupan masyarakat.Radio dalam pengertian
radio siaran atau lembaga penyiarannyaradio adalah sebuah institusi atau
perusahaan yang bergerak di bidangmedia penyiaran. D a l a m p e n ge r t i a n
l a i n r a d i o s i a r a n a d a l a h m e di a k o m u n i k a s i y a n g
m e m i l i k i e f e k t i f i t a s t i n g g i d a l a m m e n y a m p a i k
a n p e s a n , m e s k i d i s i s i l a in juga memiliki kelemahan.
Media massa dapat dibedakan
kedalam media elektronik seperti : Radio, TV, Film dan media cetak seperti :
Surat kabar, Majalah, Pamflet, Buku dan lain-lain.
Radio
sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan
pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu,
ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak
konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan. Menurut Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977 , Radio Siaran adalah
pemancar radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan
mempergunakan gelombang radio sebagai media. (Effendy, 1983:187)
Ciri khas
berita radio selain menyajikan uraian fakta dan pendapat yang disampaikan
reporter, juga terselip pendapat yang diucapkan sendiri oleh narasumber. Dengan
demikian, reporter radio dan penyusun naskah berita radio dituntut memiliki
keterampilan di dalam mengkombinasikan uraian fakta, uraian pendapat, dan
pendapat narasumber yang berhasil direkam. Pendapat narasumber ini tidak perlu
seluruhnya dimasukkan, tetapi dipilih secara tepat, khususnya yang ada
relevansi dengan alur topik bahasan.
Media massa
dapat dibedakan kedalam media elektronik seperti : Radio, TV, Film dan media
cetak seperti : Surat kabar, Majalah, Pamflet, Buku dan lain-lain. Radio
sebagai salah satu media massa memiliki karakteristik cepat dalam menyampaikan
pesan, luas jangkauannya dalam arti tidak mengenal medan, tidak terikat waktu,
ringan dan dapat dibawa kemanapun, murah dan tidak memerlukan banyak
konsentrasi karena radio hanya untuk didengarkan.
Menurut
Peraturan Pemerintah No : 55 tahun 1977 , Radio Siaran adalah pemancar radio
yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan
gelombang radio sebagai media. (Effendy, 1983:187). Ciri khas berita radio selain menyajikan uraian fakta dan pendapat yang
disampaikan reporter, juga terselip pendapat yang diucapkan sendiri oleh
narasumber. Dengan demikian, reporter radio dan penyusun naskah berita radio
dituntut memiliki keterampilan di dalam mengkombinasikan uraian fakta, uraian
pendapat, dan pendapat narasumber yang berhasil direkam. Pendapat narasumber
ini tidak perlu seluruhnya dimasukkan, tetapi dipilih secara tepat, khususnya
yang ada relevansi dengan alur topik bahasan.
2.3 Pengaruh Televisi dan radio siaran dan Radio
Siaran Terhadap Pola Hidup Keluarga
Sebuah jajak pendapat di US News dan World Report
melaporkan bahwa 90 persen responden merasa kalau saat ini, bangsa Amerika
telah tergelincir ke dalam kejatuhan yang amat parah. Dari jajak pendapat
tersebut ditemukan bahwa 62 persen merasa TV tidak lagi bersahabat dengan
nilai-nilai moral dan spiritual mereka. Walaupun demikian, terjadi dikotomi di
mana TV tetap banyak dan menarik ditonton oleh mereka.
Memang, kita juga tidak bisa menyangkali bahwa
tidaklah semua acara di TV buruk adanya. Masih terdapat sejumlah manfaat yang
dapat diperoleh dari menonton TV. Meskipun demikian, sebagaimana yang
dikemukakan oleh penulis buku terlaris dunia;
Stephen R Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective Families (1999) bahwa kebanyakan keluarga akan mengalami kesulitan ketika harus memilah dan memilih siaran TV yang cocok, khususnya bagi keluarga yang memiliki anak-anak dan remaja. Memilih acara TV yang cocok, sama halnya dengan memilih salad yang bercampur-aduk dari tumpukan sampah. Mungkin ada sedikit salad yang enak di sana, tetapi cukup sulit memisahkan sampahnya, kotorannya dan lalat-lalatnya.
Stephen R Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective Families (1999) bahwa kebanyakan keluarga akan mengalami kesulitan ketika harus memilah dan memilih siaran TV yang cocok, khususnya bagi keluarga yang memiliki anak-anak dan remaja. Memilih acara TV yang cocok, sama halnya dengan memilih salad yang bercampur-aduk dari tumpukan sampah. Mungkin ada sedikit salad yang enak di sana, tetapi cukup sulit memisahkan sampahnya, kotorannya dan lalat-lalatnya.
Lebih lanjut, Covey mengingatkan bahwa membiarkan
anak-anak menonton TV tanpa pengawasan dari orang tua, sama halnya dengan
mengundang seorang asing ke dalam rumah Anda selama beberapa jam setiap hari.
Orang asing tersebut, memberitahukan kepada anak-anak Anda tentang segala hal
mengenai dunia yang jahat; tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah secara
pintas, tentang pesta, seks dan kecantikan serta kemewahan sebagai
segala-galanya.
Kesemuanya itu terjadi, di mana para orangtua banyak
tidak menyadari bahwa karakter anak-anak mereka telah dipercayakannya untuk
dibentuk oleh siaran TV. Guru tak diundang tersebut, yang setiap hari datang
menjenguk sang anak, telah dengan begitu leluasanya membentuk karakter sang
anak secara tidak terduga. Prof Dr Sarlito W Sarwono, psikolog yang akhir-akhir
ini banyak mencurahkan perhatiannya tentang dampak TV terhadap anak-anak,
begitu sangat terkejut melihat sebuah hasil penelitian yang merilis bahwa
anak-anak Indonesia menghabiskan waktunya menonton TV rata-rata enam jam sehari
(sementara batas toleransi adalah maksimal dua jam sehari untuk usia anak
sekitar 3 hingga 7 tahun). Hal itu terjadi, karena perubahan gaya dan pola
hidup keluarga Indonesia, khususnya di perkotaan. Mereka terlalu sibuk sehingga
anak diserahkan kepada pembantu, yang celakanya, pembantu banyak menghabiskan
waktunya menonton TV.
Akibat menonton TV berlebihan secara tidak selektif
tersebut, sebagaimana dirilis oleh sejumlah penelitian, maka anak-anak akan
sulit berkonsentrasi dalam belajar, daya ingat/hafalan melemah, temperamental,
cenderung tidak patuh pada orangtua, dan bisa bersikap anti sosial. Mengembalikan
Fungsi Sosial Televisi dan radio siaran . Ahli komunikasi massa Harold D
Lasswell dan Charles Wright (1954) menyatakan bahwa ada empat fungsi sosial
media massa, yaitu pertama, sebagai social surveilance. Pada fungsi ini, media
massa termasuk media televisi dan radio siaran, akan senantiasa merujuk pada
upaya penyebaran informasi dan interpretasi seobjektif mungkin mengenai
peristiwa yang terjadi, dengan maksud agar dapat dilakukan kontrol sosial
sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam lingkungan masyarakat
bersangkutan. Kedua, sebagai social correlation. Dengan fungsi korelasi sosial
tersebut, akan terjadi upaya penyebaran informasi yang dapat menghubungkan satu
kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Begitupun antara
pandangan-pandangan yang berbeda, agar tercapai konsensus sosial.
Ketiga, fungsi socialization. Pada fungsi ini, media
massa selalu merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi
ke generasi selanjutnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya. Keempat,
fungsi entertainment. Agar tidak membosankan, sudah tentu media massa perlu
juga menyajikan hiburan kepada khalayaknya. Hanya saja, fungsi hiburan ini
sudah terlalu dominan mewarnai siaran televisi dan radio siaran kita, sehingga
ketiga fungsi lainnya, seolah telah terlupakan.
kita sering
menonton televisi dan radio siaran. namun tanpa kita sadari, televisi dan radio
siaran dapat membawa dampak positif dan negatif bagi kehidupan kita inilah
dampak-dampaknya :
Dampak Positiv Televisi dan
radio siaran :
- Kecepatan dan keakuratan dalam menyajikan berita, melebihi media massa lainnya seperti surat kabar dan radio.
- Mampu menyuguhkan beragam tayangan hiburan, yang dapat menghilangkan stress karena banyaknya masalah kehidupan.
- dapat menambah wawasan.
Dampak Negatif Televisi dan
radio siaran
·
Dapat merusak mental sekaligus pola pikir anak-anak
tanpa pandang bulu.
·
Mengajarkan budaya komersil atau konsumerisme dalam
diri anak-anak.
·
Memberi dampak yang negatif untuk kesehatan badan.
·
Menayangkan keimanan semu
·
Televisi juga menghadirkan dunia yang aneh ( maya ).
2.4 Pengaruh
Tayangan Televisi Terhadap Anak
Televisi adalah media yang paling luas dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia. Jenis media ini, sebagai media audio-visual, tidak
membebani banyak syarat bagi masyarakat untuk menikmatinya. Dalam budaya masyarakat
kita saat ini, belum dikatakan lengkap suatu rumah tanpa adanya pesawat
televisi didalamnya. Ini membuktikan betapa televisi telah mengalami pergeseran
dari yang semula sebagai penyedia informasi kini lebih banyak sebagai media
hiburan. Tidak hanya masyarakat perkotaan yang mempunyai tingkat konsumerisme
tinggi pada televisi namun masyarakat pedesaan atau pinggiran juga demikian.
Media massa, terutama televisi, merupakan sarana yang
sangat efektif untuk mentransfer nilai dan pesan yang dapat mempengaruhi
khalayak secara luas. Bahkan televisi dapat membuat orang kecanduan. Interaksi
masyarakat, terutama anak-anak terhadap televisi sangat tinggi. Tanpa terbentur
dari keluarga kaya atau miskin, korban pertama dari pengaruh televisi adalah
anak. Anak di bawah dua tahun (dalam sebuah catatan penelitian sebuah akademi
dokter anak di Amerika) yang dibiarkan orangtuanya menonton televisi akan
menyerap pengaruh merugikan. Terutama, pada perkembangan otak, emosi, sosial,
dan kemampuan kognitif anak. Menonton televisi terlalu dini bisa mengakibatkan
proses wiring, proses penyambungan antara sel-sel otak menjadi tidak
sempurna. Dari uraian tersebut, terlihat jelas dampak buruk media televisi
untuk anak. Apalagi di Indonesia saat ini banyak sekali acara yang tidak
mendidik.
Hasil penelitian dari Yayasan Pengembangan Media Anak
(YPMA-Kidia) menyebutkan bahwa Kekerasan adalah bagian yang tidak terpisahkan
dari sinetron remaja kita. Bentuk kekerasan yang paling banyak ditemui adalah
kekerasan psikologis 41% yang diekspresikan secara verbal, diikuti dengan
kekerasan fisik 25%. Dari sisi pelaku kekerasan maupun korban kekerasan, tidak
terdapat perbedaan yang besar antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan motif
terjadinya kekerasan, sebanyak 90% dilakukan secara sengaja / terencana, dan
sebagian besar usia pelaku maupun korban adalah remaja. Temuan lain adalah
dominasi tema percintaan dalam sinetron remaja yang mencapai sekitar 85%.
Ekspresi yang berkaitan dengan seks adalah adegan-adegan di sekitar ‘hubungan
seks’ yakni sebanyak 57%. Meski adegan yang tersebut hanya secara eksplisit,
namun bisa diasumsikan pada adegan hubungan seks yang sebenarnya.
Salah satu dampak negatif televisi adalah perubahan
perilaku, karakter, dan mental penontonnya terutama pada anak. Hal ini dikarenakan
acara televisi yang disajikan semuanya hampir sama. Salah satunya sinetron yang
banyak menampilkan adegan kekerasan, gaya hidup hedonis, seks, ataupun mistik.
Jika masyarakat banyak yang kurang setuju dengan pendapat ini, para owner
atau pemilik media akan beralasan jika penayangan acara tersebut merupakan
permintaan pasar yang dibuktikan dengan tingginya rating. Dengan sistem rating,
program-program unggulan (ini juga tak berkait dengan kualitas, melainkan
kuantitas nilai jumlah pemirsa) akan menjadi rebutan para pemasang iklan.
Dengan begitu industri kapitalis hanya akan berfikir bagaimana memperoleh
keuntungan tanpa memperdulikan dampak yang terjadi pada masyarakat khususnya
anak-anak.
Untuk mengantisipasi dan membuat orangtua lebih protect
terhadap anak yang menonton siaran televisi ialah melalui Media Literacy atau
gerakan Melek Media. Livingstone menyebutkan bahwa gerakan media literacy yaitu
sebuah gerakan mendidik publik agar mampu manghadapi menghadapi media massa
secara bijak dan cerdas. Bijak, artinya mampu memanfaatkan media massa sesuai
dengan keperluannya. Cerdas, artinya mampu memilih dan memilah ragam informasi
yang memang diperlukan. Tahu mana yang penting, dan mana yang tidak penting
atau bahkan berbahaya bagi dirinya maupun lingkungannya. Konsep ini merujuk
pada kemampuan khalayak untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasi pesan-pesan melalui media dalam berbagai konteks.
Dalam kondisi masyarakat media seperti sekarang,
sangat penting untuk mengkaji acara-acara yang boleh dan tidak untuk ditonton.
Salah satu kuncinya adalah ketrampilan media literacy. Ketrampilan ini
sebenarnya tidak hanya untuk orang tua namun lebih ditekankan pada anak-anak
dan remaja. Karena pada usia tersebut anak-anak atau remaja cenderung untuk
menirukan tanpa mem-filter terlebih dahulu apa yang mereka lihat.
BAB
III
KESIMPULAN
Kemajuan
teknologi selalu berjalan beriringan dengan sejarah manusia dan selama ini
teknologi terus berkembang ketingkat-tingkat yang lebih tinggi dan kompleks
pada tataran teknik. Selama keberadaannya, teknologi selalu diciptakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia dalam bidang apapun. Dengan hadirnya teknologi
ketengah-tengah kehidupan manusia dan dipergunakan secara terus menerus dirasa
telah mengubah pandangan manusia tentang teknologi itu sendiri. Teknologi
menjelma menjadi budaya. Karena terbiasa menggunakan dan dimanjakan oleh
teknologi, nampaknya teknologi tidak lagi dianggap sebagai alat bantu,
melainkan ia dipandang sebagai sebuah kebutuhan. Ketergantungan terhadap
teknologi pun kemudian terjadi. Semejak itulah kemudian seiring dengan
membudayanya teknolgi manusia sedikit demi sedikit berubah menjadi mahkluk yang
malas. Kebanyakan manusia mungkin berkata “ngapain harus repot kalau ada
teknologi”. Tidak salah memang. Segala sesuatu saya rasa selalu memiliki dua
sisi, kelebihan dan kekurangan, keuntungan dan kerugian, dampak positif dan
negatif tak terkecuali teknologi. Termasuk Televisi dan radio Siaran Televisi
dan radio siaran yang sepertinya sudah
menjadi sarapan bagi banyak keluarga. Televisi dan radio siaran memang penuh
dengan informasi tentang segala hal. Selain itu juga teknologi menjalankan
fungsi sebagai penghibur.
Televisi
dan radio siaran memiliki fungsi informasi dan entertainment. Mungkin ini yang
membuat tidak sedikit orang rela seharian penuh duduk di depan televisi dan
radio siaran dan menatapinya. Namun apa yang terjadi jika manusia
ketergantungan terhadap televisi dan radio siaran? Kita lihat saja bagaiman
kekuatan televisi dan radio siaran mampu mempengaruhi pikiran dan tindakan
konsumennya melalui siaran-siaran yang sronok atau kartun yang menampilkan
kekerasan sekali. Belum lagi pemberitaan-pemberitaan yang mungkin saja
berpihak. Artinya pengguna televisi dan radio siaran bisa menjadi orang sangat
terpengeruhi oleh televisi dan radio siaran, sikap sifat dan kepribadiannya
tergantung pada apa yang dikatakan telavisi. Dalam hal ini konsumen televisi
dan radio siaran hendaknya mencari informasi-informasi dari sumber lain selain televisi
dan radio siaran. Agar waspada akan kekuatan televisi dan radio siaran
tersebut.
REFERENSI
di akses
Pada tanggal : 10 Juni 2012
diakses pada
tanggal : 10 Juni 2012
§
§ Alvin Toffler, Gelombang Ketiga, PT Pantja Simpati,
Jakarta, 1992
§ Joseph Straubhar & Robert La Rose, Media Now, Communication
Media in the Information Age, Wadsworth, USA, 2000.